Sebuah perjalanan baru
Kutulis ini sepulang
melakukan perjalanan, benar-benar setelah berganti baju maka kududuk didepan
laptop ini.
Hari ini cerah. Sangat
cerah bahkan matahari telah memancarkan cahayanya yang menghangatkan bumi pada
pukul 8 pagi. Sebuah perjalanan yang nyatanya sangat kutunggu ini dan berhasil
terjadi setelah lima bulan berlalu dari perjalanan terakhir dengannya. Waktu
terus berlalu, lima bulan seharunya menjadi waktu yang sebentar ku rasa karena
nyatanya aku bisa menahan waktu untuk tidak bertemu dengannya selama itu. Aku
pun jelas dibuat bingung, raga ini tak lagi meneriakkan rindu yang begitu
menggebu pada seseorang yang telah mengambil separuh hatiku padanya. Nyatanya
raga ini seperti mulai terbiasa.
Namun saat perjalanan
ini ternyata bisa terlaksana, raga ini menghangat bahkan sebelum matahari
menyapa. Ini sungguh benar terjadi ketika bisa kurasakan seluruh tubuhku
menghangat, seperti aliran darah begitu lancarnya mengalir didalam sana.
Berlebihan.
Saat pesan masuk
mengatakan ‘sampai’ darinya, itu adalah notifikasi yang paling ku rindukan,
raga ini bereaksi tidak boleh membiarkannya menunggu. Saat ku berjalan ke arahnya,
aku berhenti sejenak menatap punggungnya. Ku pandangi seseorang yang paling
kurindukan. Hingga ia berbalik hanya untuk mengatakan ‘nanti beliin bensin ya’,
tentu langsung ku iyakan, lagipula aku yang meminta diantar memang begitu
seharunya.
Tapi kurasakan tubuhku
semakin menghangat, tapi entah kenapa udara diluar terasa dingin. Panas
matahari telah jelas ku rasa, namun perasaan dingin apa ini. Aku seharunya
bahagia bukan, tapi kini aku dibuat bingung entah karena apa yaa hanya bingung
dengan apa yang kurasa. Tak ada percakapan selama perjalanan, tak tahu juga
bagaimana harus memulainya. Nyatanya lima bulan, waktu yang kuanggap sebentar,
benar-benar mengubah mu, ahh bukan mungkin lebih tepatnya mengubah kita.
Jalan yang selalu kita
lewati, bahkan saat aku melewatinya sendiri pun masih terasa hadirmu disana,
kini harus menyaksikan sunyinya perjalanan kita. maaf untuk jalanan, maaf
karena tidak menambah kenangan manis saat melewati kalian. Akankah kenangan ini
yang akan seterusnya aku ingat setiap melewati jalanan ini.
Raganya yang selalu ku
gunakan sebagai sandaran, nyatanya kini untuk menyentuhnya pun sungguh
membuatku ragu. Hati yang biasanya mendamba untuk mendengar suaramu bahkan
kebingungan dengan situasi yang terjadi sekarang. Mataku yang biasanya terpaku
oleh dirimu kini lebih suka memandang jalanan, memikirkan kapan sampai menjadi
yang kulakukan sepanjang jalan.
Kendaraan ternyaman
yang selalu kurasakan, kini tak senyaman dulu. Meski semuanya nampak sama, tapi
terasa berbeda bahkan matanya. Matanya yang selalu buatku jatuh cinta, kini tak
lagi kuasa ku pandang. Entah kekosongan atau apa didalam matamu, apakah
melakukan perjalanan denganku begitu tidak menyenangkannya bagimu. Maafkan aku
yang ternyata memang pemaksa, memaksamu mengkuti perjalanan ini dan memaksa
hatiku untuk melihat kenyataan bahwa perjalanan selanjutnya mungkin lebih baik
tanpamu.
Karena dengan mu selalu
membingungkan.
Komentar
Posting Komentar